Ada komentar ?

TERIMA KASIH JIKA ANDA BERKENAN MEMBERI KRITIK / SARAN UNTUK PERBAIKAN BLOG INI....!

UMPASA

UMPAMA

1.   Risi-risi hata ni jolma, lamot-lamot hata ni begu. = Ucapan manusia itu kasar, tetapi ucapan iblis itu halus lemah-lembut. Ungkapan ini mengingatkan supaya orang jangan cepat tergiur pada kata-kata rayuan yang hanya enak didengar kuping, padahal maksud dan tujuannya untuk menusuk dari belakang atau tipuan.
2.      Jolo nidilat bibir asa nidok hata = Pikir dulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna. Pikirkan dulu baik-baik barulah ucapkan.
3.      Ndang dao tubis sian bonana. = Rebung tidak akan jauh dari pokoknya. Ini biasa diucapkan untuk menilai perilaku orng lain atau untuk menyimpulkan mengapa sampai terjadi kelakuan anak seperti itu. Oh, orangtuanya pun seperti itu.
4.      Aek godang, aek laut. Dos ni roha sibahen nasaut. = Hasil musyawarah untuk mufakat itulah yang terbaik.
5.      Tuit sitara tuit, tuit pangalahona. Molo tuit boru i mago ma ibotona. = Perempuan yang suka mejeng atau berbuat tak senonoh akan mempermalukan saudaranya laki-laki (ibotonya). Mengapa demikian? Karena harga diri  suatu keluarga kelak terletak di tangan anak lelaki bila ayahnya sudah tiada. Jadi, para gadis Batak janganlah sampai terkesan cewek jalang.
6.      Ndang di ahu, ndang di ho, tumagonan ma di begu. = Tidak untuk saya, juga tidak untuk kamu, lebih baik untuk hantu. = Ucapan ini dialamatkan kepada orang yang berhati busuk ketika merasa kalah dalam perebutan harta, kekuasaan atau hak-hak lain. Ia tidak merasa senang kalau temannya sendiri yang mendapatkan, lebih baik pihak ketiga.
7.      Tampulon aek do na mardongan tubu. = Orang semarga itu bagaikan aliran air ( sambung menyambung), jika dicoba diputuskan, sebentar lagi sudah menyatu. Artinya; jangan coba-coba mengadudomba atau mencerai-beraikan orang semarga.
8.      Ndang songgop onggang tu hadudu. = Tidak sanggup burung enggang ke padi-padian. Artinya tidak mungkin kehormatan dan kekuasaan datang kepada orang bodoh
9.      Songon sorha ni padati. = bagaikan roda pedati. Artinya hidup ini mengalami perputaran, terkadang makmur, jatuh miskin. Sorha = alat pemintal benang.
10.  Molo mate ina i, dohot do ama panoroni. = Kalau ibu meninggal, ayah itu pun menjadi ayah tiri. Ini dikatakan untuk mengungkit pengalaman sedih anak-anak yang ditinggal mati oleh ibunya, Jika ayah kawin lagi, maka sang ayah itu pun selalu berpihak pada istri baru.
11.  Purpar pande dorpi bahen tu dimposna. = Tukang kayu betapapun pandainya melakukan pekerjaannya pastilah menimbulkan suara bising , namun membuat rapi hasil kerjanya. Artinya, boleh ribut dulu dengan sesama asalkan semuanya itu menuju kebaikan dan makin mengakrabkan hubungan kekerabatan. * Purpar = bising atau berisik seperti memakukan dinding papan ke dinding ( dorpi)
12.  Hata mamunjung hata lalaen, hata torop sabungan ni hata. = Pendapat sendiri adalah pendapat yang tidak wajar, pendapat orang banyaklah yang jadi pedoman, dan jadi keputusan. Tarpunjung = terpencil, terkucilkan.
13.  Bolus do mula ni hadengganon, jujur do mula ni hasesega = Cepat melupakan perbuatan yang tidak baik seseorang sumber kebaikan, tetapi suka menghitung perbuatan baik kita menjadi sumber perselisihan
14.  Situlluk mata ni horbo. =  cepat-cepat tunjuk hidung atau menunjukkan kesalahan orang lain agar jera dan tidak menghabiskan banyak waktu membicarakannya.
15.  Siat mamiding naeng mamolak. = Diberi ruiang atau tempat  untuk tidur menyamping, malah ingin telentang. Ini sama dengan ungkapan: Siat jari-jari naeng siat botohon = sudah muat jari, masih ingin lagi muat tangan.”. Ini sindiran bagi teman yang tidak puas-puasnya mendapatkan sesuatu.
16.  Tumpakna do tajomna, rim ni tahi do gogona. = Organisasi atau kumpulan akan kuat bila tetap dalam kebersamaan dan seia-sekata.
17.  Sahalak maniop sulu, sude halak marsuluhonsa. = Seseorang berbuat baik, semua orang bergembira karena merasakan hasil perbuatan baik orang tersebut. Ini diucapkan untuk menghargai perbuatan baik seseorang sekaligus mengharap agar semakin banyak orang yang menjadi ”berkat” untuk orang lain.
18.  Tu sundungna do hau marumpak. = Pohon akan tumbang ke arah condongnya. Artinya, seseorang itu akan menjadi seperti apa kelak, akan sesuai bakat, talenta serta amal perbuatannya.
19.  Pitu batu martindi sada do sitaon na dokdok. = Tujuh batu bertindih tetapi satulah menahan paling berat. Ini diucapkan menyadarkan seseorang bahwa pada akhirnya meskipun banyak pendamping tetapi seoranglah menanggung beban terberat.
20.  Tampuk ni pusu-pusu, urat ni ate-ate. = si buah hati, anak yang paling dikasihi. Artinya, dalam keluarga orang Batak selalu ada anak yang paling dikasihi (  anak hasian)
21.  Maraprap na so magulang = Orang yang tidak jatuh, malah ikut terluka. Maksudnya, jangan ikut terlibat dan melibatkan orang lain pada sesuatu yang bukan urusannya.
22.  Sirungrung na dapot bubu, siosari na dapot sambil. = Seseorang yang mau melepaskan terhukum dari hukuman sewenang-wenang. rungrung = membalikkan sesuatu wadah untuk mengeluarkan isinya, misalnya air.
23.  Suhar bulu ditait dongan, laos suhar do i taiton. = jika seorang teman atau keluarga berbuat salah hendaklah dibela walau dalam hati mengakui hal itu salah. Ungkapan ini sudah jarang diucapkan karena dinilai idak sesuai dengan paham kasih dan kebenaran.
24.  Eme na masak digagat ursa, ia i namasa ba i ma niula. = Padi siap panen dimakan rusa, apa yang biasa dikerjakan kebanyakan orang itulah kita lakukan. Ungkapan ini juga dianggap melemahkan insiatif orang sehingga makin jarang diperdengarkan.
25.  Miakna panggorengna. = Seperti kebiasaan orang Batak dahulu, karena langka dan mahalnya minyak goreng sehingga minyak/ lemak babi itulah dipakai untuk menggoreng dagingnya. Ini dimaksudkan agar seseorang jangan terlalu repot mencari modal usaha. Pergunakan saja apa yang ada, mulailah dari usaha kecil.
26.  Mambuat mas sian toru ni rere. = mengambil emas dari bawah tikar buruk. Maksudnya agar jangan mengambil keuntungan dari jalan terkutuk ( korupsi dan menipu)
27.  Ranggas tumutung bonana. = mas kawin (sinamot) keluarga pengantin perempuan itulah yang diatur dan dicukup - cukupkan untuk biaya pesta perkawinan. * Ranggas = ranting kayu yang sudah tua cocok untuk kayu bakar.
28.  Ndang jadi tanjungan ni ina nonang. = Kaum ibu tidak boleh terlalu mencampuri urusan adat yang sedang dibahas oleh kaum bapak.
29.  Manubu-nubui hata. = mengada-ada, menyiarkan berita bohong.
30.  Dipupusi na mate na mangolu. = Orang mati merampas harta orang hidup. Artinya;  Keluarga yang ditinggalkan orang yang meninggal  menjadi  susah karena yang meninggal itu meningalkan hutang yang harus dibayar.
31.  Tigor do ransang hapit = lurus kayu ransang terjepit. Artinya, orang yang bebuat benar dan tulus bisa saja terjepit, sehingga ia merasa serba salah.
32.  Molo bolak mandar ndang jadi ribahan. = kain sarung lebar janganlah dirobek. Ini mengingatkan agar jika anggota kelompok sudah meluas, janganlah sengaja dibuat terpecah-pecah.
33.  Ndang ditiptip halak ganjangna, ndang diarit balgana. = Tidak akan ada orang yang mengurangi kebesaran dan kehormatannya dalam melaksanakan sesuatu acara.


34.  Tiptip alai sai adong masiganjangi, dosdos alai sai adong mansiboloni. = Walaupun bersaudara tetapi semuanya tidak akan sama jalan pikiran maupun harta kekayaannya
35.  Marnadonok do manghosing na bineom = Hendaklah orang yang lebih dekat hubungan kekerabatan lebih dulu menerima bagian hak adat ( jambar hata , jambar juhut)
36.  Martampuk bulung, marbona sangkalan. Marnata suhut marnampuna ugasan. = Mengingatkan supaya keluarga terdekat lebih berpratisipasi dan bertanggungjawab, jangan terus mengandalkan kerabat yang mereka yang hubungan kekerabatannya jauh.
37.  Sihampir gabe gambir, tandiang gabe toras. Tudia pe ahu so tampil, tudia pe so bolas. = Karena kemiskinannya seseorang itu  tidak masuk hitungan masyarakat di lingkunganya.
38.  Ndang na taraithon tagonan ma pinonggolhon, ndang na tartangishon, tagonan ma tinortorhon.= Tidak ada gunanya menangisi susu yang sudah tumpah, lebih baik dibawakan dalam gerakan tarian saja.Artinya, jangan selalu bersedih.
39.  Simanuk-manuk manang sibontar andora, ndada sitodo turpuk siahut lomo ni roha. = Ada kalanya yang terjadi itu di luar kemauan kita dan harus kita terima apa adanya.
40.  Ndang boi sambariba tangan martopap = Tak mungkin hanya bertepuk tangan sebelah.
41.  Songon tuhil, ia pinasak masuk, ia tinait ro. = Bagaikan pahat dipukul; masuk, ditarik kembali. Maksudnya; janganlah bekerja kalau disuruh, ambil inisiatif.
42.  Hotang binebe-bebe, hotang pinulos-pulos, unang hamu mandele ai godang do tudos-tudos. = Janganlah putus asa, sebab banyak contoh penderitaan serupa di luar sana, bahkan penderitaan mereka lebih berat.
43.  Arga jambar juhut argaan do jambar hata. = Nilai kesempatan menggunakan hak bicara dalam adat lebih mahal dari hak mendapatkan bagian daging.
44.  Jolo diseat hata asa diseat raut. = Lebih dulu diputus kata sebelum diputus pisau. Artinya jangan terus membagikan jambar adat sebelum dimufakati atau sebelum dibicarakan.
45.  Maila raut so dapotan. = malu pisau tidak melukai . Ini dikatakan untuk melarang keras orang yang suka mempermainkan pisau, sebab bukan tak mungkin akan melukai orang.
46.  Marimbulu natinutungan. = bebulu lagi yang sudah dibakar. Artinya keputusan yang sudah disepakati dalam rapat menjadi batal tidak berarti hanya karena salah seorang yang tidak hadir menolak hasil kesepakatan tersebut.
47.  Ndang uasan halak di toru ni sampuran. = Tidak akan kehausan orang di dekat air terjun. Ini dikatakan kepada orang yang berada di tengah-tengah keluarga makmur tidak akan kelaparan
48.  Ulu balang na so mida musu. = mengaku jagoan dan pemberani tetapi tak pernah berhadapan dengan musuh.
49.  Mulak-ulak songon namangusa botohon. = Berulang sulang atau bolak-balik bagaikan membersihkan tangan. Artinya, tidaklah salah walaupun apa yang telah diucapkan pembicara terdahulu diulangi lagi oleh pembicara belakangan.
50.  Sidapot solup do na ro. = Pendatang sebaiknya mematuhi atau tunduk pada kebiasaan adat yang berlaku setempat, Tidak boleh mengatakan, wah.. kalau yang berlaku di daeah kami… begini atau begitu.
51.  Marsolup di hundulan. = Posisi kekerabatan seseorang dalam acara adapt tergantung aturan yang berlaku, bisa sebagai Hula-hula, sebagai boru, atau derajat kekerabatan lainnya. Ini dikatakan seseorang yang hubungan kekerabatannya berbagai segi.
52.  Songon na mandege gara. = bagaikan menginjak bara api. Ungkapan ini merupakan sindiran bagi tamu yang dating sebentar lalu pergi.
53.  Tedak songon indahan di balanga. = Terbuka atau transparan seperti nasi dalam kuali. Artinya tidak ada yang perlu ditutup-tutupi
54.  Na teal so hinallung na teleng so hinarpean. =  yang berat sebelah tidak dipikul, yang mirik tidak dialasi. Diucapkan mengeritik orang yagn angkuh tetapi sesungguhnya tidak ada apa-apanya.
55.  Marsitijur dompak langit, sai madabu do tu ampuan. = meludah ke langit dengan sendirinya jatuh ke pangkuan. Artinya ; menjelekkan saudara sendiri sama dengan menjelekkan diri sendiri.
56.  Nang pe di bagasan sunuk manuk sabungan, sai tong do martahuak. = kalaupun terkurung di dalam keranjang, ayam sabung akan tetap berkokok. Artinya, si pemberani itu akan selalu menunjukkan keberaniannya di mana pun ia berada.
57.  Na tinaba ni tangke martumbur, na tinamba ni gana ripur. = Yang ditebang kampak akan bertunas, yang ditebang sumpah mati tak akan berketurunan. Artinya, janganlah sampai termakan sumpah sebab berat risikonya.
58.  Naso matanggak di hata, naso matahut di bohi. = Berani mengatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Tahut = takut
59.  Monang di surak-surak, talu di olop-olop. = Keburu bersorak karena dikira sudah menang padahal ternyata kalah.
60.  Talu maralohon dongan, monang maralohon musuh. = Tidak apalah kalaupun kalah/ mengalah terhadap teman asalkan menang melawan musuh.
61.  Marurat tu toru marbulung tu ginjang = Berakar ke bawah berdaun ke atas. Seseorang mempunyai keturunan anak laki-laki dan perempuan.
Dll.......  
UMPASA
UMPASA NI NAPOSO BULUNG(Buat orang-orang muda):

Jolo tiniktik sanggar laho bahenon huru-huruan,
Jolo sinukkun marga asa binoto partuturan.

Tudia ma luluon da goreng-goreng bahen soban,
Tudia ma luluon da boru Tobing bahen dongan.

Tudia ma luluon da dakka-dakka bahen soban,
Tudia ma luluon da boru Sinaga bahen dongan.

Manuk ni pealangge hotek-hotek laho marpira
Sirang na mar ale-ale, lobianan matean ina.

Silaklak ni dandorung tu dakka ni sila-sila,
Ndang iba jumonok-jonok tu naso oroan niba.

Metmet dope sikkoru da nungga dihandang-handangi,
Metmet dope si boru da nungga ditandang-tandangi.

Torop do bittang di langit, si gara ni api sada do
Torop do si boru nauli, tinodo ni rohakku holoan ho do

Rabba na poso, ndang piga tubuan lata
Hami na poso, ndang piga na umboto hata

UMPASA MANJALO TINTIN MARANGKUP (Untuk pasangan saat tukar cincin):

Bulung namartampuk, bulung ni simarlasuna,
Nunga hujalo hami tintin marangkup,
Dohonon ma hata pasu-pasuna.

Hot pe jabu i, tong doi margulang-gulang
Sian dia pe mangalap boru bere i, tong doi boru ni Tulang.

Sai tong doi lubang nangpe dihukkupi rere,
Sai tong doi boru ni Tulang, manang boru ni ise pei dialap bere.

Amak do rere, dakka do dupang,
Anak do bere, Amang do Tulang.

Asing do huta Hullang, asing muse do huta Gunung Tua,
Asing do molo tulang, asing muse do molo gabe dung simatua.

UMPASA TU NA BARU MARBAGAS (Untuk pasangan yang baru menikah):

Dakka ni arirang, peak di tonga onan,
Badan muna naso jadi sirang, tondi mu marsigomgoman.

Giring-giring ma tu gosta-gosta, tu boras ni sikkoru,
Sai tibu ma hamu mangiring-iring, huhut mangompa-ompa anak dohot boru.

Rimbur ni Pakkat tu rimbur ni Hotang,
Sai tudia pe hamu mangalakka, sai tusima hamu dapot pansamotan.

Dekke ni sale-sale, dengke ni Simamora,
Tamba ni nagabe, sai tibu ma hamu mamora.

Sahat-sahat ni solu, sahat ma tu labuan,
Sahat ma hamu leleng mangolu, jala sai di dongani Tuhan.

Sahat solu, sahat di parbinsar ni ari,
Leleng ma hamu mangolu jala di iring-iring Tuhan ganup ari.

Mangula ma pangula, dipasae duhut-duhut
Molo burju marhula-hula, dipadao mara marsundut-sundut.

Ruma ijuk tu ruma gorga,
Sai tubu ma anakmuna na bisuk dohot borumuna na lambok marroha.

Anian ma pagabe tumundalhon sitodoan,
Arimu ma gabe molo marsipaolo-oloan.

Gadu-gadu ni Silindung, tu gadu-gadu ni Sipoholon,
Sai tubu ma anakmuna 17 dohot borumuna 16.

Andor hadukka ma patogu-togu lombu,
Sai sarimatua ma hamu sahat tu na patogu-togu pahoppu.

UMPASA MANGAMPU:

Bulung ni Taen tu bulung ni Tulan
Ba molo tarbahen, sai topot hamu hami sahali sabulan,
Molo so boi bulung ni tulan, pinomat bulung ni salaon,
Ba molo so boi sahali sabulan, pinomat sahali sataon.

Ni durung si Tuma laos dapot Pora-pora.
Molo mamasu-masu hula-hula mangido sian Tuhan,
Napogos hian iba, boi do gabe mamora.

Songgop si Ruba-ruba tu dakka ni Hapadan,
Angka pasu-pasu na ni lehon muna,
Sai dijangkon tondi ma dohot badan.

Mardakka Jabi-jabi, marbulung ia si Tulan
Angka pasu-pasu na pinasahat muna,
Sai sude mai dipasaut Tuhan.

Naung sampulu sada, jumadi sampulu tolu,
Angka pasu-pasu pinasahat muna,
Sai anggiatma padenggan ngolu-ngolu.

Naung sapulu pitu, jumadi sapulu ualu,
Angka pasu-pasu pinasat muna hula-hula nami,
Diampu hami ma di tonga jabu.

Turtu ninna anduhur, tio ninna lote,
Angka pasu-pasu pinasahat muna,
Sai unang ma muba, unang mose.

Habang pidong sibigo, paihut-ihut bulan,
Saluhut angka na tapangido, sai tibu ma dipasaut Tuhan.

Obuk do jambulan, nidandan ni boru Samara
Pasu-pasu na mardongan tangiang sian hula-hula,
Mambahen marsundut-sundut soada mara.

Tinapu bulung nisabi, baen lompan ni pangula
Sahat ma pasu-pasu na nilehon muna i tu hami,
Sai horas ma nang hamu hula-hula.

Suman tu aek natio do hamu, riong-riong di pinggan pasu,
Hula-hula nabasa do hamu, na girgir mamasu-masu.

Umpasa na asing
Martahuak ma manuk di bungkulan ni ruma,
Horas ma hula-hulana,songoni nang akka boruna.

Simbora ma pulguk, pulguk di lage-lage,
Sai mora ma hita luhut, huhut horas jala gabe.

Hariara madungdung, pilo-pilo na maragar,
Sai tading ma na lungun, ro ma na jagar.

Sinuan bulu sibahen na las,
Tabahen uhum mambahen na horas.

Eme ni Simbolon parasaran ni si borok,
Sai horas-horas ma hita on laos Debata ma na marorot.

Sititik ma sigompa, golang-golang pangarahutna,
Tung so sadia pe naeng tarpatupa, sai anggiat ma godang pinasuna.

Pinasa ni Siantar godang rambu-rambuna,
Tung otik pe hatakki, sai godang ma pinasuna.

Tuat si puti, nakkok sideak,
Ia i na ummuli, ima ta pareak.

Aek godang tu aek laut,
Dos ni roha sibaen na saut.

Napuran tano-tano rangging marsiranggongan,
Badan ta i padao-dao, tondita i marsigomgoman.

Marmutik tabu-tabu mandompakhon mataniari,
Sai hot ma di hamu akka pasu-pasu, laho marhajophon akka na sinari.

Bona ni pinasa, hasakkotan ni jomuran,
Tung aha pe dijama hamu, sai tong ma dalan ni pasu-pasu.

Mandurung di aek Sihoru-horu, manjala di aek Sigura-gura,
Udur ma hamu jala leleng mangolu, hipas matua sonang sora mahua.

Dolok ni Simalungun, tu dolok ni Simamora
Salpu ma sian hamu na lungun, sai hatop ma ro si las ni roha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tuliskan komentar Anda ?