JENIS – JENIS ULOS
Ada beberapa jenis-janis ulos yang biasanya di gunakan dalam kegiatan adat di daerah tanah Batak,yaitu di antaranya :
1.Sitoluntuho-Bolean
Ulos ini biasanya hanya dipakai sebagai ikat kepala atau selendang
wanita. Tidak mempunyai makna adat kecuali bila diberikan kepada seorang
anak yang baru lahir sebagai ulos parompa. Jenis ulos ini dapat dipakai
sebagai tambahan, yang dalam istilah adat batak dikatakan sebagai ulos
panoropi yang diberikan hula-hula kepada boru yang sudah terhitung
keluarga jauh. Disebut Sitoluntuho karena raginya/coraknya berjejer
tiga, merupakan “tuho” atau “tugal” yang biasanya dipakai untuk melubang
tanah guna menanam benih.
2.Suri-Suri
Biasanya disebut saja ulos Suri-suri, berhubung coraknya berbentuk sisir
memanjang. Dahulu ulos ini diperguakan sebagai ampe-ampe/hande-hande.
Pada waktu margondang (memukul gendang) ulos ini dipakai hula-hula
menyambut pihak anak boru. Ulos ini juga dapat diberikan sebagai “ulos
tondi” kepada pengantin. Ulos ini sering juga dipakai kaum wanita
sebagai sabe-sabe. Ada keistimewaan ulos ini yaitu karena panjangnya
melebihi ulos biasa. Bila dipakai sebagai ampe-ampe bisa mencapai dua
kali lilit pada bahu kiri dan kanan sehingga kelihatan sipemakai
layaknya memakai dua ulos.
3.Rujjat
Ulos ini biasanya dipakai oleh orang kaya atau orang terpandang sebagai
ulos “edang-edang” (dipakai pada waktu pergi ke undangan). Ulos ini
dapat juga diberikan kepada pengantin oleh keluarga dekat menurut versi
(tohonan) Dalihan Natolu diluar hasuhutan bolon, misalnya oleh Tulang
(paman), pariban (kakak pengantin perempuan yang sudah kawin), dan
pamarai (pakcik pengantin perempuan). Ulos ini juga dapat diberikan pada
waktu “mangupa-upa” dalam acara pesta gembira (ulaon silas ni roha).
4.Ragi Idup Silindung
Tipe ragi idup dari daerah Silindung (Tarutung).Dalam system
kekeluargaan orang Batak. Kelompok satu marga ( dongan tubu) adalah
kelompok “sisada raga-raga sisada somba” terhadap kelompok marga lain.
Ada pepatah yang mengatakan “martanda do suhul, marbona sakkalan,
marnata do suhut, marnampuna do ugasan”, yang dapat diartikan walaupun
pesta itu untuk kepentingan bersama, hak yang punya hajat (suhut
sihabolonan) tetap diakui sebagai pengambil kata putus (putusan
terakhir).Dengan memakai ulos ini akan jelas kelihatan siapa sebenarnya
tuan rumah.
5.Radi Idup
Pembuatan ulos ini berbeda dengan pembuatan ulos lain, sebab ulos ini
dapat dikerjakan secara gotong royong. Dengan kata lain, dikerjakan
secara terpisah dengan orang yang berbeda. Kedua sisi ulos kiri dan
kanan (ambi) dikerjakan oleh dua orang. Kepala ulos atas bawah (tinorpa)
dikerjakan oleh dua orang pula, sedangkan bagian tengah atau badan ulos
(tor) dikerjakan satu orang. Sehingga seluruhnya dikerjakan lima orang.
Kemudian hasil kerja ke lima orang ini disatukan (diihot) menjadi satu
kesatuan yang disebut ulos “Ragi Hidup”. Mengapa harus dikerjakan cara
demikian? Mengerjakan ulos ini harus selesai dalam waktu tertentu
menurut “hatiha” Batak (kalender Batak). Bila dimulai Artia (hari
pertama) selesai di Tula (hari tengah dua puluh). …
6.Mangiring
Ulos ini mempunyai corak yang saling iring-beriring. Ini melambangkan
kesuburan dan kesepakatan. Ulos ini sering diberikan orang tua sebagai
ulos parompa kepada cucunya. Seiring dengan pemberian ulos itu kelak
akan lahir anak, kemudian lahir pula adik-adiknya sebagai temannya
seiring dan sejalan. Ulos ini juga dapat dipakai sebagai.pakaian
sehari-hari dalam bentuk tali-tali (detar) untuk kaum laki-laki. Bagi
kaum wanita juga dapat dipakai sebagai saong (tudung). Pada waktu
upacara “mampe goar” (pembaptisan anak) ulos ini juga dapat dipakai
sebagai bulang-bulang, diberikan pihak hula-hula kepada menantu. Bila
mampe goar untuk anak sulung harus ulos jenis “Bintang maratur”.
7.Sadum Angkola
Ulos ini penuh dengan warna warni yang ceria hingga sangat cocok dipakai
untuk suasana suka cita. Di Tapanuli Selatan ulos ini biasanya dipakai
sebagai panjangki/parompa (gendongan) bagi keturunan Daulat Baginda atau
Mangaraja. Untuk mengundang (marontang) raja raja, ulos ini dipakai
sebagai alas sirih diatas piring besar (pinggan godang burangir/harunduk
panyurduan).Aturan pemakaian ulos ini demikian ketat hingga ada
golongan tertentu di Tapanuli Selatan dilarang memakai ulos ini. Begitu
indahnya ulos ini sehingga didaerah lain sering dipakai sebagai ulos
kenang-kenangan dan bahkan dibuat pula sebagai hiasan dinding. Ulos ini
sering pula diberi sebagai kenang kenangan kepada pejabat pejabat yang
berkunjung ke daerah.
8.SIBOLANG
Ulos ini dapat dipakai untuk keperluan duka cita atau suka cita. Untuk
keperluan duka cita biasanya dipilih dari jenis warna hitamnya menonjol,
sedang bila dalam acara suka cita dipilih dari warna yang putihnya
menonjol. Dalam acara duka cita ulos ini paling banyak dipergunakan
orang. Untuk ulos “saput” atau ulos “tujung” harusnya dari jenis ulos
ini dan tidak boleh dari jenis yang lain.Dalam upacara perkawinan ulos
ini biasanya dipakai sebagai “tutup ni ampang” dan juga bisa disandang,
akan tetapi dipilih dari jenis yang warnanya putihnya menonjol. Inilah
yang disebut “ulos pamontari”. Karena ulos ini dapat dipakai untuk
segala peristiwa adat maka ulos ini dinilai paling tinggi dari segi adat
batak. Harganya relatif murah sehingga dapat dijangkau orang
kebanyakan. Ulos ini tidak lajim dipakai sebagai ulos pangupa atau
parompa.
9.BINTANG MARATUR
Ulos ini menggambarkan jejeran bintang yang teratur. Jejeran bintang
yang teratur didalam ulos ini menunjukkan orang yang patuh, rukun seia
dan sekata dalam ikatan kekeluargaan. Juga dalam hal “sinadongan.”
(kekayaan) atau hasangapon (kemuliaan) tidak ada yang timpang, semuanya
berada dalam tingkatan yang rata-rata sama. Dalam hidup sehari-hari
dapat dipakai sebagai hande-hande (ampe-ampe), juga dapat dipakai
sebagai tali-tali atau saong. Sedangkan nilai dan fungsinya sama dengan
ulos mangiring dan harganya relatif sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tuliskan komentar Anda ?